Gaza bukanlah tujuan akhir, melainkan panggung pengalihan untuk mengalihkan perhatian dunia dari rencana besar Zionis di Yerusalem. Penghancuran Gaza bukan hanya balas dendam terhadap Hamas, tetapi juga langkah strategis dalam proyek penguasaan Yerusalem yang selama ini berlangsung secara sistematis.
Konflik di Gaza telah menjadi salah satu tragedi paling brutal dalam sejarah modern, menarik perhatian dunia dengan kehancuran besar dan korban jiwa yang tak terhitung. Namun, di balik sorotan global terhadap penderitaan di Gaza, ada agenda yang lebih besar yang terus berjalan dengan kecepatan tinggi: penguasaan penuh atas Yerusalem oleh Israel. Sejak 2005 hingga 2024, pola agresi Israel terhadap Gaza menunjukkan bahwa wilayah ini dijadikan sebagai “zona pancingan”, di mana perhatian dunia dialihkan sementara proyek Yahudisasi Yerusalem terus berlangsung tanpa hambatan berarti.
Sejarah mencatat bagaimana setiap kali konflik di Gaza meningkat, perhatian internasional tertuju pada wilayah tersebut, sementara di saat yang sama, Israel diam-diam mempercepat proses perampasan tanah dan pemukiman ilegal di Yerusalem. Pembongkaran rumah warga Palestina meningkat, akses ke Masjid Al-Aqsa semakin dibatasi, dan kebijakan-kebijakan diskriminatif semakin diperketat. Kompleks Masjid Al-Aqsa, sebagai simbol keagamaan dan identitas Muslim, menjadi target utama dengan berbagai upaya sistematis untuk membagi aksesnya antara Muslim dan Yahudi. Bahkan, terdapat usulan undang-undang yang akan mengubah sebagian besar area masjid menjadi kuil Yahudi, sebuah langkah yang akan semakin mempercepat transformasi Yerusalem menjadi kota yang sepenuhnya dikendalikan oleh Israel.
Jika skenario ini tidak dicegah, pada akhirnya Yerusalem akan menjadi kota yang sepenuhnya berada di bawah kendali Israel, dengan akses Muslim ke Masjid Al-Aqsa yang semakin dipersempit atau bahkan dilarang. Gaza mungkin suatu hari bisa dibangun kembali setelah kehancuran besar-besaran, tetapi kehilangan Yerusalem adalah kerugian yang tidak bisa dikembalikan. Saat dunia sibuk membicarakan kehancuran Gaza, perubahan permanen di Yerusalem sedang terjadi. Jika tidak ada intervensi global yang serius, tujuan akhir Zionisme—penguasaan penuh atas Yerusalem—akan segera tercapai.
Baca Juga : Ketika Amerika Memunggungi Dunia, Keluar dari PBB?
Timeline Gaza sebagai Sasaran Pengalihan/Pancingan Zionis
- 2005 – Israel secara sepihak menarik diri dari Gaza, mengakhiri pendudukan langsung. Namun, mereka tetap mengendalikan perbatasan, laut, dan udara, menjadikan Gaza sebagai penjara terbuka.
- 2006 – Hamas memenangkan Pemilu Parlemen Palestina secara mutlak, mengalahkan Fatah. Namun, kemenangan ini tidak diterima oleh Barat.
- 2007 – UE dan AS membatalkan hasil pemilu, menganggap Hamas sebagai entitas ilegal. Konflik internal terjadi, Hamas mengusir Fatah dari Gaza dalam pertempuran singkat, dan Gaza menjadi wilayah terpisah dari Tepi Barat dengan Hamas sebagai pemerintah de facto di bawah PM Ismail Haniyeh. Sejak saat itu, Palestina efektif terpecah menjadi dua pemerintahan: Hamas di Gaza, Fatah di Tepi Barat.
- 2009, 2014, 2021, dst. – Sejak Hamas menguasai Gaza, wilayah ini dijadikan Zandzaak (zona umpan serangan), mengalami agresi militer berulang dari Israel dengan alasan menumpas Hamas, sementara Israel menggunakan setiap serangan untuk mengalihkan perhatian dunia.
- 2023 (7 Oktober) – Hamas, setelah bertahun-tahun di-feed false confidence (kepercayaan diri palsu) dengan kesan lemahnya Israel, tergoda dan melancarkan serangan besar ke wilayah Israel dalam operasi Al-Aqsa Flood. Serangan ini menjadi “Pearl Harbor” bagi Zionis, memberikan Israel justifikasi untuk melancarkan serangan brutal terhadap Gaza.
- 2023-2024 – Gaza dihancurkan secara total, Hamas hampir dimusnahkan, dan kampanye militer Israel berlangsung tanpa hambatan berarti. Di saat yang sama, Suriah jatuh ke tangan kelompok Wahabi, mengacaukan keseimbangan di Timur Tengah.
- Setelah Gaza – Dengan fokus dunia tertuju pada kehancuran Gaza, Yerusalem menjadi terlupakan. Ini adalah sasaran asli Zionis: penguasaan penuh atas Yerusalem, termasuk Masjid Al-Aqsa, tanpa gangguan opini dunia.